PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA BELANDINGAN
Nyepi
Adalah hari raya umat Hindhu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga tahun Baru Saka 1941 yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari Amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan di Desa Belandingan dan Umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Melasti dilaksanakan 1 Hari sebelum Nyepi guna untuk melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Nyepi kali ini dilakukan Di Pura Tegal suci Desa Belandingan serta dilaksanakannya Persembahyangan Pepranian (Meprani ). Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga", Di Desa Belandingan melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing Keluarga, Banjar, Desa, dan seterusnya, dengan melaksanakan Pecaruan(semacam sesajian) menurut kemampuannya. Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Sebelum dilaksanakan Upacara Pengrupukan masing – masing Banjar dan melakukan tetuasan rah ayam Ireng (Berupa sesajen), Sedangkan yang di Adat/ Di Desa Dilakukan Upacara Pecaruan yang kemudian dimeriahkan dengan Pawai Ogoh-Ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Keesokan harinya, yaitu pada Pinanggal Pitu, sasih Kedasa (tanggal 7, bulan ke-3), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kutus" (tanggal 8 sasih kedasa (bulan III). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi (Aku Adalah Kamu ,dan Kamu Adalah Aku) yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru Bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.
*(Ni Wayan Meriandani)